Desa Selopamioro memiliki berbagai kegiatan sosial dan seni budaya. Salah satu kegiatan budaya adalah Jodhangan. Upacara ini dilaksanakan di pelataran Goa Cerme di perbukitan Imogiri yang terletak di dusun atau Srunggo I dan Srunggo II. Upacara Jodhangan yang sudah berlangsung turun temurun. Sesuai tradisi, upacara tersebut dilaksanakan Ahad Pahing di bulan Besar (Dzulhijjah) menurut kalender Jawa.
Upacara diawali dengan menggunting buntal kemudian dilaksanakan kirab 18 jodhang di Balai desa Selopamioro menuju gua cerme sejauh 1 kilometer, dipikul dengan jalan kaki. Sebagian besar warga Srunggo, terutama yang mengikuti kirab, mengenakan busana jawa. Sebagai rangkaian upacara budaya, sebelumnya diadakan bersih desa yang mengandung makna menjauhkan warga Srunggo dari hal-hal yang sifatnya negatif, seperti hubungan antar warga yang tidak harmonis, lunturnya semangat untuk memajukan daerah dan sebagainya.
Di dalam jodhang atau usungan itu berisi nasi beserta lauk pauk untuk kenduri, sayur mayur, buah-buahan serta padi yang sudah menguning. Seluruh isi jodhang itu melambangkan kemakmuran dari warga dua desa, Srunggo I dan II. Mereka bersyukur atas limpahan rahmat, berkat dan rejeki. Mereka juga memohon agar di tahun-tahun mendatang tetap mendapatkan limpahan rejeki, rahmat dan berkat Tuhan.
Selain jodhang buatan warga 18 RT di dua dusun Srunggo tersebut, ada satu jodhang besar yang dibuat secara khusus atas pesanan 15 warga di luar desa Srunggo. Mereka mempunyai ujub khusus yang berbeda-beda. Ada yang minta kepada Tuhan YME agar hasil panen padi miliknya hasilnya tetap bagus; ada yang berujub agar usahanya berhasil, diberi ketentraman lahir batin dan ada yang memohon kepada Tuhan agar penyakit yang diderita keluarganya segera sembuh.
Di jaman para Wali dulu, konon gua ini tempat bermusyawarah para tokoh Islam itu. Sebagian masalah yang menjadi bahan pembicaraan adalah bagaimana kiat-kiat para wali dalam memberikan ceramah dan syiar agar warga masyarakat dengan rela memeluk agama Islam.
Tidak ada komentar: