Ken2Rism | One Step Better

Sugeng Rawuh, Pemirsa !


HaLo Pemirsa !

Piye Kabare ? Hopefully Have a Nice Day on You ! Yang lg putus cinta nggak usah dipikir bingit2. Dunia tdk sesempit daun putri malu ( cilik menthik ), happy aja nggih !!! Salam dari Jogja ......

Ken2Rism

Blogger GauL

Kenalan Yuk !

Join To Connect With Me

Portfolio


  • Sosrowijayan merupakan kampung turis kedua paling terkenal setelah Prawirotaman. Terletak di pusat kota Yogyakarta, kampung ini menawarkan penginapan terjangkau sekaligus bangunan hotel kuno, studio dan kursus batik hingga bookshop.


    Berjalan sekitar 200 meter dari Stasiun Tugu, anda akan menemukan kawasan Sosrowijayan yang ditandai oleh sebuah jalan kecil ke arah barat yang bernama sama. Menghubungkan Jalan Jogonegaran dan Jalan Malioboro, Sosrowijayan dibagi menjadi dua daerah, yaitu Sosrowijayan Wetan dan Sosrowijayan Kulon. Daerah Sosrowijayan Wetan-lah yang kemudian dikenal sebagai kampung turis kedua di Yogyakarta setelah Prawirotaman.

    Begitu sampai di pertigaan jalan yang dinamai berdasarkan penguasanya dahulu ini (Sosrowijoyo), anda akan disambut oleh sapa ramah pengayuh becak. Biasanya, mereka menawarkan anda untuk mencari penginapan, berkeliling ke Malioboro, atau membeli bakpia Pathuk. Karena kampung turis, banyak pula guide yang jika diminta bersedia mengantar anda untuk menunjukkan penginapan sesuai keinginan anda. Mereka juga akan bercerita seputar tempat wisata di Yogyakarta dan kekhasannya.

    Dua buah bookshop seperti di Prawirotaman akan ditemukan bila memasuki gang pertama. Sebagian besar buku yang dijual di bookshop tersebut adalah novel berbahasa Inggris dan sebagian kecil buku-buku berbahasa Indonesia. Di bookshop itu, anda bisa memilih buku dengan leluasa sekaligus melihat sekilas isinya karena tak ada buku yang disegel plastik. 

    Meski buku bekas, kualitas fisik buku masih terjaga sehingga masih layak pula dijadikan koleksi. Soal harga sangat bervariasi, tetapi yang jelas lebih murah dibanding di toko buku.
    Hal lain yang ditawarkan kampung Sosrowijayan adalah kursus membatik yang ditawarkan oleh salah satu penginapan di gang kedua. Kini, tempat kursus itu tengah sepi sehingga anda bisa memanfaatkan untuk belajar membatik lebih intensif. 


    Tak jauh dari penginapan itu juga terdapat studio batik yang dikelola oleh seorang warga Sosrowijayan. Jenis batik yang digarap di studio ini adalah batik lukis, seperti yang ditemukan di kampung Taman, sebelah Kompleks Istana Air Tamansari. Nilai lebih batik lukis adalah warnanya yang lebih bervariasi dan bercorak masa kini.

    Sebagai kampung turis, tentu di Sosrowijayan juga terdapat penginapan. Lain dengan di Prawirotaman, penginapan di kampung ini lebih menyatu dengan penduduk karena kebanyakan terletak di gang. Tentu hal itu memberi kelebihan karena anda bisa berinteraksi dengan penduduk setempat. Namun, jika menginginkan penginapan yang lebih privat, anda bisa memilih hotel yang ada di pinggir Jalan Sosrowijayan. Tarif sewa penginapan di kampung terletak di sebelah selatan kawasan Pasar Kembang ini tak jauh berbeda dengan di Prawirotaman.

    Saat sore, sambil bersantai setelah lelah mengelilingi Yogyakarta, anda bisa melihat kehidupan anak-anak Sosrowijayan. Biasanya, beberapa anak perempuan bermain lompat tali atau dolanan bocah lainnya sementara anak laki-laki sekedar bercakap di salah satu rumah. Sementara remaja kampung ini banyak yang duduk santai sambil bermain gitar sambil menyanyikan lagu-lagu hits Indonesia. Remaja yang juga tergabung dalam Komunitas Seni Malioboro itu kadang berpentas ketika ada acara tertentu, misalnya Ulang Tahun Yogyakarta.

    Layanan jasa wisata juga dengan mudah ditemui di Sosrowijayan. Di pinggir jalan banyak terdapat money changer, warnet dan wartel, persewaan sepeda motor dan mobil, agen travel, dan sebagainya. Bila lapar, anda bisa mendatangi warung yang dibuka warga kampung ini. Di ujung gang pertama misalnya, terdapat sebuah warung yang meski sederhana banyak dimanfaatkan turis asing untuk mengisi perut. Masakannya berupa macam-masam oseng, mie goreng, dan lauk pauk yang lezat. Beberapa resto juga menyediakan jenis masakan seperti steak dengan harga miring.

    Menginjak malam, Sosrowijayan semakin marak. Banyak anak muda berkumpul di tepi jalan sementara beberapa cafe menyediakan live music sebagai alternatif hiburan. Berpadu dengan suasana Malioboro, Sosrowijayan menjadi hidup. Sebuah warung kecil bertenda oranye yang biasa disebut warga Yogyakarta sebagai angkringan menjadi tempat bercengkerama yang asyik. Sambil bercakap, anda bisa menikmati teh panas dengan wangi melati, wedang jahe, hingga sate usus yang lezat.



  • Kampung Prawirotaman memiliki sederet penginapan terjangkau yang kebanyakan masih dikelola oleh satu keturunan. Kawasan berpredikat 'kampung internasional' ini pernah menjadi markas pejuang kemerdekaan hingga usaha batik ternama.

    Prawirotaman, sebuah kawasan yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat kota Yogyakarta bisa menjadi alternatif ketika bingung mencari tempat penginapan. Kawasan itu tidak hanya menyediakan penginapan yang unik dan terjangkau, tetapi juga sederet artshop, cafe, toko buku, pasar tradisional, dan sebuah batu tulis yang tentu bisa menjadi alternatif wisata pula.

    Prawirotaman sebagai sebuah kampung dikenal sejak abad ke-19, saat seorang bangsawan kraton bernama Prawirotomo menerima hadiah sepetak tanah dari kraton. Sejak awal, kampung ini memang mempunyai peran yang tak kecil bagi Yogyakarta. Masa pra kemerdekaan, kampung ini menjadi konsentrasi laskar pejuang. Pasca kemerdekaan, tepatnya tahun 60-an, kampung ini dikenal sebagai pusat industri batik cap yang dikelola oleh keturunan Prawirotomo. Sementara sejak tahun 70-an, seiring meredupnya industri batik cap, para keturunan Prawirotomo banting setir ke jasa penginapan dan Prawirotaman pun mulai dikenal sebagai kampung turis.

    Memasuki kawasan Prawirotaman, anda akan disambut dengan nuansa kampung tengah kota, mulai dari lalu lalang kendaraan hingga sapaan warga yang umumnya dapat berbahasa Inggris. Sederetan penginapan dengan keunikan rancang bangunnya, mulai Jawa klasik hingga hotel masa kini terdapat di kawasan ini. Fasilitas yang disediakan penginapan pun cukup menggoda dengan harga yang terjangkau, mulai Rp 50.000 - Rp 300.000. Meski ada yang telah berpindah tangan, kebanyakan penginapan masih dikelola oleh keturunan Prawirotomo, terdiri dari tiga keluarga besar yaitu Werdoyoprawiro, Suroprawiro, dan Mangunprawiro.

    Kawasan Prawirotaman I atau biasa disebut Prawirotaman saja adalah daerah yang paling terkenal. Selain penginapan, di kawasan ini juga terdapat fasilitas wisata lainnya seperti agen tour travel, warnet dan wartel, cafe dan resto, hingga bookshop. Di cafe dan resto yang tersedia, anda bisa menikmati banyak masakan khas Jawa, Eropa, maupun paduan keduanya. Bookshop yang tersedia menyediakan buku-buku bagus dengan harga yang lebih murah. Buku-buku impor yang harganya bisa ratusan ribu bisa didapat dengan hanya mengeluarkan Rp 35.000 - Rp 60.000 saja. Kadang, ada pula turis mancanegara yang mau bertukar koleksi bukunya.

    Beberapa artshop juga berjejer menjajakan pernak-pernik seni yang unik. Ada meja yang terbuat dari bambu, kain batik, lemari yang dibuat dari kayu glondongan hingga barang-barang antik seperti lampu hias dan keris berusia tua. Salah satu benda antik yang sangat laris di kalangan turis mancanegara adalah cap batik. Biasanya, cap itu digunakan untuk hiasan daun meja, angin-angin ventilasi rumah kayu atau sekedar sebagai koleksi karena dianggap mempunyai nilai seni berupa detail motif yang sangat menarik dan nilai sejarah yang cukup tinggi. Seorang warga Jerman pernah memborong 1000 buah cap batik dari sebuah perusahaan batik yang kini sudah tidak beroperasi.

    Di sebelah selatan kawasan Prawirotaman I merupakan Prawirotaman II yang berbatasan langsung dengan pasar tradisional di tempat itu. Berjalan-jalan di pasar tradisional pada pagi hari merupakan alternatif wisata yang menarik. Selain bisa menyaksikan hiruk pikuk warga yang tengah berbelanja, anda juga bisa mencicipi panganan khas Yogyakarta yang banyak dijual. Bila menuju ke sebelah selatan lagi, anda akan bertemu dengan daerah Prawirotaman III yang tak kalah ramainya. Di Prawirotaman III, anda akan lebih banyak menjumpai rumah penduduk.

    Meski nama sebenarnya dari dua bagian paling selatan Prawirotaman adalah Prawirotaman II dan Prawirotaman III, namun daerah itu lebih dikenal dengan nama Jalan Gerilya. Menurut cerita, kawasan itu merupakan markas Prajurit Hantu Maut (laskar jaman perjuangan kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh Pak Tulus. Di salah satu sudut jalan, anda bisa menemukan sebuah batu tulis yang dibuat untuk memperingati perjuangan pasukan tersebut. Selain Pasukan Hantu Maut, laskar prajurit yang pernah bermarkas di kawasan ini adalah Prajurit Prawirotomo.

    Tak perlu khawatir jika hendak memulai perjalanan wisata. Sejumlah tempat menyediakan jasa penyewaan sepeda motor dan mobil, bahkan fasilitas antar jemput. Jika belum memiliki rencana wisata, sejumlah agen memiliki cukup referensi tentang tempat wisata menarik di Yogyakarta. Mulai dari wisata budaya seperti candi dan kraton hingga petualangan seperti trekking.

    Prawirotomo menerima hadiah sepetak tanah dari kraton. Sejak awal, kampung ini memang mempunyai peran yang tak kecil bagi Yogyakarta. Masa pra kemerdekaan, kampung ini menjadi konsentrasi laskar pejuang. Pasca kemerdekaan, tepatnya tahun 60-an, kampung ini dikenal sebagai pusat industri batik cap yang dikelola oleh keturunan Prawirotomo. Sementara sejak tahun 70-an, seiring meredupnya industri batik cap, para keturunan Prawirotomo banting setir ke jasa penginapan dan Prawirotaman pun mulai dikenal sebagai kampung turis.

  • Rumah Hantu Indonesia (RHI), hiburan wisata adrenalin berupa wahana uji nyali terbesar di Indonesia kini hadir di Jogja City Mall. Kali ini, RHI menghadirkan wahana berjudul 'Misteri Loji Angker Marlbourogh' dan Mussimulator Car Horror Live Show'.

    Pemilik Rumah Hantu Indonesia, T Musri MD menjelaskan, dua wahana uji nyali yang terbuka bagi masyarakat umum ini mengangkat tema sebuah bangunan tua jaman pemerintahan Belanda di Yogyakarta. “Namun, ada yang spesial pada pertunjukan kali ini. Sebab akan hadir wahana baru 'Mussimulator Car Horror Live Show', sebuah wahana uji nyali dengan cara naik ke dalam mobil menuju tempat angker. Dalam perjalanannya akan terlihat penampakan hantu-hantu yang siap menguji nyali pengunjung," terangnya.

    Di wahana uji nyali tersebut, pengunjung akan merasakan suasana berbeda. Sebab seluruh area didekor dengan sentuhan seni sesuai tema dan didukung oleh penempatan tata cahaya dan tata suara. "Tak hanya itu saja, di luar wahana juga terlihat beberapa pemain pendukung yang hilir mudik dengan kostum dan make up layaknya penghuni sebuah gedung tua yang mengerikan," imbuhnya.

    Menurutnya, wahana uji nyali yang digelar Jogja City Mall ini bekerjasama dengan Rumah Hantu Indonesia (RHI) di bawah bendera Bejo Production. Berada di lantai 1 Jogja City Mall, wahana ini dibuka mulai 2 Oktober hingga 16 November 2014 pada pukul 12.00-22.00 WIB dengan harga tiket masuk Rp 15.000.




  • Peter Carey (paling kiri) dan Annabel The Gallop saat menjadi pembicara dalam Khasanah Arsip Yogyakarta  yang diselnggrakan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, 
    Keberadaan Rafles yang hanya sebentar di Indonesia (1811-1816), mampu membawa perubahan yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta. Salah satu sepak terjang Rafles di Yogyakarta yang hingga saat ini dirasakan dampaknya oleh masyarakat Yogyakarta adalah Bedhah Keraton Yogyakarta dahulu.

    Bedhah Keraton tersebut mengakibatkan hilangnya semua babad dan naskah dari Gedung Pacarikan yang kemudian dibagikan kepada pejabat dan perwira tinggi Inggris dan di boyong ke Inggris paska 1816.

    Hal tersebut disampaikan Peter Carey seorang sejarawan Inggris dalam seminar Khasanah Arsip Yogyakarta Di Masa Thomas Stamford Raffles yang diselnggrakan oleh Badan Perpustakaan dan ArsipDaerah (BPAD) DIY di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Kamis (20/11/2014).

    Menurut sejerawan yang telah 40 tahun meneliti sejarah Jawa tersebut, dampak dari hilangnya pusaka sastra dari keraton Yogykarta tersebut juga dirasakan oleh Pangeran Diponegoro.

    Dijelesakannya, karena kehilangan pusaka sastra tersebut pengeran Diponegoro merasa seperti saat membangun keraton baru di kawasan Beligo Magelang yang harus memulai suatu hal dari awal kembali.

    Sementara itu, juga hadir dalam seminar tersebut Lead Curator Southeast Asia British Library, Annabel The Gallop. Dikatakannya, British Library memiliki sekitar 10 ribu buku dan 500 naskah yang berasal dari Indonesia. Dari jumlah tersebut ada 250 naskah Jawa.

    “Beberapa waktu yang lalu, saat rombongan BPAD DIY datang ke British Library mereka mengungkapkan kegembiraanya karena arsip yang berasal dari Yogyakarta terjaga dan terawat yang baik.

    Selain merawat arsip, kami juga melakukan digitalisasi terhadap arsip yang ada. Tetapi karena keterbatasan anggaran, baru sedikit arsip yang kami digitalisasikan,” ungkap Annabel.


  • Monumen Jogja Kembali, Jl. Lingkar Utara, Yogyakarta 55581, Indonesia



    Di taman ini kita bisa melihat pelangi bahkan di malam hari. Lampion aneka bentuk dan warna memanjakan mata. Bermacam-macam wahana permainan juga tersedia.

    Kata orang kita harus menunggu hujan untuk bisa melihat pelangi, dan itu pun hanya di siang hari. Tapi di taman ini kita tak perlu menunggu hujan apalagi matahari, karena pelangi di sini akan terus ada setiap hari bahkan setelah mentari terbenam. Ya, pelangi ini memang bukan pelangi biasa karena diwujudkan dalam bentuk lampion.

    Taman Pelangi, begitulah nama untuk taman yang ada di pelataran Monumen Jogja Kembali ini. Didesain mengelilingi taman, bermacam bentuk dan warna lampion menghiasi pelataran. Ada dua sisi pintu masuk, barat dan timur. YogYES sarankan masuklah melalui pintu timur karena dari situ kita akan langsung disambut lampion besar berbentuk pelangi yang sekaligus menjadi pintu gerbang menuju negeri lampion.

    Memasuki taman, kita akan melewati sebuah rute yang dipenuhi lampion aneka bentuk dan warna mulai dari flora, fauna, tokoh-tokoh kartun Jepang dan Disney, bahkan wajah-wajah para pemimpin republik ini, yang juga terbuat dari lampion. Penataannya pun bervariasi, ada yang seperti ditanam di dalam tanah, menempel di dinding, bergantungan, atau berbaris seperti prajurit berjajar rapi.
    Sambil menikmati malam yang penuh warna, kita juga bisa mencoba bemacam wahana mulai dari trampolin, becak mini, perahu dayung, bola air, speed boat, bom bom car, dan lain sebagainya.

    Dilihat dari atas, komplek Monumen Jogja Kembali ini tampak seperti mandala dengan 4 bagian kolam yang mengelilinginya. Nah, di kolam-kolam inilah kita bisa menikmati wahana air yang tersedia. Ingin yang lebih menegangkan? Masuk saja ke Puri Hantu. Entah apa di dalamnya karena kami tak cukup nyali untuk memasukinya. Bila malas berkeliling jalan kaki, tersedia juga kereta safari yang akan mengantar kita menjelajah seluruh rute hingga akhir.

    Taman Pelangi Monjali boleh dibilang tempat rekreasi yang cukup lengkap. Selain menawarkan romantisme malam bertabur lampion warna-warni dan bermacam wahana permainan, di sini juga ada food court yang bisa menjadi tempat melepas lelah sambil mengisi perut. Nah, bingung mau berwisata malam yang menyenangkan di Jogja? Ke Taman Pelangi saja !

    Jam buka: 17.00 - 22.00 WIB (akhir pekan sampai 23.00 WIB)




Comments

The Visitors says