Ken2Rism | One Step Better

Sugeng Rawuh, Pemirsa !


HaLo Pemirsa !

Piye Kabare ? Hopefully Have a Nice Day on You ! Yang lg putus cinta nggak usah dipikir bingit2. Dunia tdk sesempit daun putri malu ( cilik menthik ), happy aja nggih !!! Salam dari Jogja ......

Ken2Rism

Blogger GauL

Kenalan Yuk !

Join To Connect With Me

Portfolio

    Posted by: Unknown Posted date: 09.22 / comment : 0

    Sabtu (25/10) dini hari, ribuan warga bersama sejumlah paguyuban dan abdi dalem melakukan ritual Mubeng Beteng dalam memeringati pergantian tahun, yang dalam kalender Jawa disebut Satu Suro sedangkan dalam Islam adalah 1 Muharam. Bersama-sama, mereka melakukan ritual Mubeng Beteng, berkidung, dan diakhiri dengan rebutan dua gunungan yang telah disiapkan.

    Upacara ini selalu diperingati tiap tahun di Kraton Jogjakarta. Tiap tahun pula kebudayaan ini dinilai syirik oleh sebagian orang. Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jogjakarta, KRT Kamaludiningrat kembali menegaskan bahwa ritual ini bukan syirik. Sebab, semua yang dilakukan dalam upacara tersebut ditujukkan dan diakhiri permintaan pada Tuhan, bukan pada jin atau lelembut.

    “Ini adalah kegiatan kebudayaan, bukan syirik. Semua yang dilakukan dalam upacara ini beresensi meminta pengampunan pada Tuhan sehingga selama setahun ke depan makin baik. Jadi bukan syirik,” tegasnya, Jumat (24/10) kemarin.

    Ia menambahkan bahwa terdapat makna filosofis yang diambil dari islam dari ritual malam satu suro. Salah satunya adalah mubeng beteng yang dimaknai sebagai hijaah Nabi Muhammad. “Malam 1 Suro, di Kraton, ditandai dengan membacakan kidung pengharapan, baik untuk keluarga Kraton, warga Jogja, dan bangsa Indonesia. Setelah itu dilakukan laku prihatin yaitu ubeng Beteng yang sesuai makna hijrah Nabi,” ujarnya.

    icon allbkg

    Tagged with:

    Next
    Posting Lebih Baru
    Previous
    Posting Lama

    Tidak ada komentar:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says