Ken2Rism | One Step Better

Sugeng Rawuh, Pemirsa !


HaLo Pemirsa !

Piye Kabare ? Hopefully Have a Nice Day on You ! Yang lg putus cinta nggak usah dipikir bingit2. Dunia tdk sesempit daun putri malu ( cilik menthik ), happy aja nggih !!! Salam dari Jogja ......

Ken2Rism

Blogger GauL

Kenalan Yuk !

Join To Connect With Me

Portfolio

    Posted by: Unknown Posted date: 11.57 / comment : 0

    Juru Paes Penganten
    SAWAN MANTEN, ANTARA PROBLEM DAN PSIKOLOGIS
    ADA dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk membedah masalah sawan manten, yakni pendekatan agamis dan pendekatan psikologis. Kedua pendekatan itu tidak bertentangan satu sama lain, bahkan saling melengkapi. Pendekatan agamis memandang sawan manten sebagai problem agama dan tidak lain adalah buah dari perseteruan antara Iblis dan Adam yang akhirnya diwariskan kepada anak keturunannya masing-masing. Sementara itu, pendekatan psikologis memandang sawan manten sebagai problem psikologis yang bersumber pada ketidakmampuan pihak-pihak yang terlibat dalam upacara pernikahan menghadapi tekanan-tekanan psikologis yang tercipta selama mempersiapkan pesta pernikahan. Tekanan psikologis itu begitu kuat sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan psikis.
    1. Problem Agamis
    Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa Iblis telah bersumpah pada Allah swt untuk menjerumuskan anak keturunan Adam kedalam lembah kesesatan sehingga mereka akan jauh dari hidayah Allah swt. Harap diingat, bahwa ancaman Iblis sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat suci pada bab terdahulu berlaku universal. Artinya, tidak peduli dari agama atau budaya atau bangsa apapun anak keturunan Adam pasti akan menerima gangguan dari syetan sebagai kepanjangan tangan Iblis.
    Sesungguhnyalah, ancaman Iblis itu benar-benar nyata. Sebab, informasi tentang ancaman itu diberikan oleh Tuhan yang menciptakan alam semesta, termasuk juga Iblis dan Adam. Tuhan juga menjadi saksi dari pembangkangan Iblis yang berujung pada ancaman Iblis pada anak keturunan Adam.
    Sayangnya, informasi yang dikategorikan A1 (meminjam istilah intelijen yang berarti tepat dan akurat) itu sama sekali tidak mendapat perhatian semestinya. Kebanyakan orang akan memusatkan seluruh perhatiannya pada persiapan menjelang pelaksanaan pesta pernikahan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kebanyakan orang akan lebih merasa khawatir bila persediaan makanan dan minuman tidak mencukupi jumlah tamu yang diundang daripada mengkhawatirkan ancaman Iblis terhadap anak keturunan Adam yang hendak melangsungkan pernikahan.
    Padahal ancaman Iblis itu jelas jauh lebih berbahaya daripada akibat yang ditimbulkan kurangnya makanan dan minuman yang dihidangkan.Pihak-pihak yang berkompeten dalam masalah-masalah agama juga jarang yang secara khusus memberikan warning terhadap calon pasangan suami – isteri akan adanya ancaman dari Iblis itu. Para penghulu yang sering memberikan kutbah nikah juga jarang sekali menyinggung hal tersebut. Biasanya penghulu hanya memaparkan tugas dan tanggung jawab suami – isteri dan mungkin juga kiat-kiat melanggengkan sebuah perkawinan. Namun masalah ancaman Iblis itu tidak mendapat porsi signifikan dalam kutbahnya.
    Biasanya, justru dari para perias calon pengantin mendapat wejangan dan saran untuk melakukan puasa sambil berdoa kepada Tuhan agar rangkaian upacara yang akan dilaluinya tidak menemui hambatan dan agar rumah tangga yang akan dibina dapat berlangsung hingga akhir hayat keduanya. Rupanya pengalaman hidup dalam merias calon pengantin telah memberi pengetahuan mendalam akan perlunya sandaran pada Yang Maha Kuasa bagi calon pengantin yang diriasnya.
    Itulah sebabnya, kebanyakan orang hilang kewaspadaan ketika menghadapi saat-saat krusial dalam hidupnya, semisal menjelang upacara pernikahan itu. Sebab, jarang ada orang yang mencoba mengingatkan akan ancaman Iblis. Tidak semua orang akan mengalami naas yang sama berupa sawan manten saat melangsungkan pernikahannya. Namun justru itulah yang menyebabkan orang kehilangan kewaspadaan. Strategi acak yang diterapkan syetan untuk menjerumuskan manusia terbukti cukup efektif untuk melancarkan tipu dayanya.
    2. Problem Psikologis
    Tidak diragukan lagi, pernikahan merupakan saat-saat yang paling ditunggu oleh sepasang anak manusia. Bayang-bayang manis akan kehidupan baru melekat erat dalam benak mereka. Sudah pasti, angan-angan mereka penuh dengan gambaran manis dan ideal. Bayangan menjadi raja dan ratu sehari terus mendominasi pikiran. Dikelilingi sanak-saudara, kerabat dan teman-teman penuh suka cita. Para orang tua akan memberi doa restu, teman-teman memberikan ucapan selamat, bahkan famili yang berada di negeri seberang dan tidak sempat hadir juga menelpon hanya untuk mengucapkan selamat.
    Sudah tentu pihak-pihak yang terkait dengan perhelatan pernikahan akan memiliki berbagai macam perasaan. Namun, dua perasaan yang paling sering mendominasi adalah perasaan senang dan khawatir. Pihak orang tua merasa senang karena akan segera menikahkan anak perempuan atau anak lelakinya dan dengan demikian sedikit berkurang beban tanggung jawabnya. Tetapi, seringkali justru pada saat-saat menjelang upacara pernikahan itu orang tua merasa khawatir bila nantinya perhelatan yang diselenggarakan akan menemui rintangan-rintangan.
    Demikian pula dengan pihak calon pengantin. Jelas keduanya merasa sangat senang sebab akan mendapatkan status sosial yang jelas, yakni keluarga baru. Selain itu mereka juga merasa senang karena mendapat kehalalan dari perbuatan yang sebelumnya haram dilakukan. Namun, seperti juga dengan para orang tua, kedua calon pengantin itu juga merasakan kekhawatiran bila rangkaian upacara pernikahan yang akan mereka jalani menemui hambatan-hambatan.
    Masalah-masalah psikologis, seperti misalnya rasa senang yang meluap-luap atau kekhawatiran yang mencekam sebagaimana tersebut diatas secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam upacara pernikahan itu. Hal paling buruk dari pengaruh suasana hati yang sangat senang adalah hilangnya kewaspadaan diri sebagai mekanisme pertahanan diri manusia.
    Sebagai contoh, kasus-kasus kecelakaan lalu lintas yang menimpa rombongan pengantar calon pengantin biasanya berawal dari hilangnya kewaspadaan diri akibat suasana hati yang terbius oleh rasa senang yang meluap-luap. Rombongan pengantin yang biasanya terdiri dari sanak saudara dan tetangga sekitar tentu saja berangkat menuju upacara pernikahan dengan rasa senang. Dapat dipastikan, rombongan pengantin akan berangkat menempuh perjalanan dengan penuh tawa canda dan senda gurau.
    Sebenarnya, tawa dan canda itu adalah hal yang biasa. Hanya saja, dalam kasus-kasus tersebut diatas, kegembiraan itu menyebabkan hilangnya kewaspadaan diri orang-orang yang berada dalam rombongan tersebut, termasuk juga pengemudi kendaraan. Akibatnya mudah ditebak. Ditengah buaian rasa senang yang menghilangkan kewaspadaan itu, setan hanya tinggal mencari pemicu kecil untuk meluluh-lantakan mimpi-mimpi indah mereka.

    icon allbkg

    Tagged with:

    Next
    Posting Lebih Baru
    Previous
    Posting Lama

    Tidak ada komentar:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says