Harriet, perempuan muda yang pernah menjalani operasi labiaplasty bercerita mengapa perempuan begitu putus asa mencari vagina desainer.
"Umur saya masih 15 tahun saat pertama kali merasa tidak bahagia dengan yang tampak 'di bawah sana'. Lalu, ketika mulai aktif secara seksual, saya lebih sadar terhadap bentuk organ intim saya,” kata perempuan tersebut.
“Tahun berlalu, saya tersiksa atas hal tersebut. Hubungan asmara saya berantakan.”
Harriet kini berusia 24 tahun. Dia sekarang memiliki hubungan serius dengan kekasihnya. Dia bekerja sebagai desainer grafis di Irlandia Utara. Bertahun-tahun, Harriet membenci rupa organ genitalnya.
Awal tahun ini dia akhirnya mengambil tindakan untuk menjalani labiaplasty. Ini adalah prosedur memperpendek atau merapikan labia, bibir yang terletak di pembukaan vagina.
Operasi vagina desainer, seperti yang sering disebut orang, menjadi makin umum di Inggris. Angka yang dikeluarkan oleh National Health Service (NHS) menunjukkan prosedur pengurangan labial naik lima kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Sebanyak 2.000 operasi dilakukan pada 2010.
NHS atau Badan Penjamin Kesehatan di Inggris hanya mau melakukan operasi di mana ada ketidaknormalan jelas atau yang melibatkan rasa sakit dan tidak nyaman. Angka dari sektor swasta lebih sulit didapat. Namun, banyak klinik kosmetik melaporkan lonjakan minat para perempuan muda. Salah satu klinik mengatakan ada sekitar 1.200 permintaan labiaplasty empat tahun belakangan.
Pornografi pencetus labiaplasty
Meningkatnya operasi labiaplasty dikaitkan dengan banyaknya pornografi dan representasi tidak realistis tubuh perempuan. Royal College of Obstetricians and Gynaecolgist (RCOG) mengeluarkan laporan tersebut.
RCOG menyebut gambar organ genital perempuan yang telah dimodifikasi dalam gambar porno mengubah persepsi perempuan tentang vagina normal. Mereka semakin cemas atas bentuk alat kelamin sendiri.
"Ada beberapa pengaruh karena efek pascalabiaplasty sangat mirip dengan vulva bintang porno," kata Lih-Mei Liao, psikiater di Universitas College Hospital London yang turut menulis laporan tersebut.
Ketakutan terbesar Harriet adalah rumor jahat yang disebarkan oleh pasangan seksualnya melalui media sosial. Perempuan itu khawatir diintimidasi oleh perempuan lain.
"Saya berpikir itu bisa saja saya, dan jika rumor tentang saya menyebar seperti itu, lebih baik saya mati saja," kata Harriet.
Dia meminta bantuan finansial dari orangtuanya untuk operasi. Termasuk biaya penerbangan total ke London, serta akomodasi 4 ribu poundsterling atau sekitar Rp 77 juta.
Seminggu setelah operasi dia kembali bekerja. Lima bulan setelahnya, Harriet mengaku telah membuat perubahan besar pada harga dirinya.
"Saya jauh lebih percaya diri," katanya. "Ada perbedaan fisik yang besar. Saya merasa beban berat di bahu seperti diangkat."
Angelina Kavouni, dokter ahli bedah kosmetik yang melakukan prosedur pada Harriet mengatakan, "Pernyataan pembuka saya pada para perempuan muda adalah, 'saya ingin Anda tahu bahwa kalian normal, dan tidak ada yang salah dengan Anda'," kata Angelina. "Mereka harus punya sikap yang benar tentang hal itu."
Jenny, 33, seorang tenaga pemasaran profesional dari Surrey, merasa terganggu dengan labianya sejak remaja.
"Saya menemui dokter, bertanya apakah normal. Dia mengatakan labia saya lebih besar daripada perempuan pada umumnya, tapi masih didefinisikan sebagai normal," ucapnya.
Meski begitu, hal itu tetap menghantui Jenny, terutama kehidupan seksualnya. Sebetulnya dia ingin berhenti merasa paranoid. Dia cemas jika mitra seksualnya menghakimi dia.
"Saya pikir pornografi punya peran. Saya menyadari mungkin mereka melihat bentuk vagina dari pornografi, dan mempunyai pandangan vagina yang sempurna dari sana."
Itu sebabnya, dia melakukan prosedur pribadi pada awal tahun ini dengan biaya 3.800 poundsterling atau sekitar Rp 73 juta. "Saya belum berhubungan dengan siapa pun sejak itu, tapi saya merasa jauh lebih percaya diri," katanya.
Meskipun dia harus mengeluarkan uang sangat banyak, tapi Jenny tidak menyesalinya. Lih-Mei Liao berpendapat, perempuan yang melakukan operasi harus sadar akan risikonya. Termasuk kemungkinan kurangnya kepekaan di daerah tersebut.
Perempuan harus diberi informasi akurat tentang alat kelamin normal seperti apa. Penelitian tentang efek prosedur tersebut belum pula rampung. Semuanya berdasarkan klaim yang belum tervalidasi secara ilmiah.
Perempuan yang melakukan operasi tersebut berhadapan dengan banyak risiko, karena alat genital yang masih bertumbuh. Prosedur labiaplasty tidak boleh dilakukan pada perempuan yang lebih muda dari 18 tahun. Kecuali, hal tersebut benar-benar diperlukan.
"Ada risiko psikologis saat mereka merasa tidak puas. Itu perasaan alami atas ketidakpuasan bentuk tubuh. Tidak akan berhenti begitu saja."
Fakta tentang labiaplasty
- Labiaplasty adalah prosedur memperpendek atau membentuk kembali bibir dalam pada pembukaan vagina (labia minora) meskipun kadang bibir luar vagina (labia majora) berkurang.
-Prosedur ini dilakukan dengan anestesi umum, jaringan yang tidak diinginkan dipotong dengan pisau bedah atau laser, dan ujung-ujungnya dijahit.
- Prosedurnya memakan waktu 1-2 jam, dengan waktu pemulihan berkisar antara tiga hari sampai beberapa minggu. Biayanya adalah sekitar 3.200 - 3.500 poundsterling atau sekitar Rp 61 juta - Rp 67 juta.
- Risiko jangka pendek meliputi pendarahan, infeksi, dan jaringan parut. Ada risiko aktivitas seks menjadi menyakitkan setelah operasi, dan berkurangnya sensitivitas pada vagina.
- Bedah Kosmetik Genital Perempuan mencakup prosedur: peremajaan vagina, di mana jaringan vagina diperkuat, dan hymenoplasty, di mana selaput dara dipulihkan.
- Labiaplasty adalah perawatan bedah kosmetik dengan persetujuan penuh pasien. Ini bukan bentuk mutilasi pada kelamin perempuan (Female Genital Mutilation atau FGM), yang mengubah dengan dengan sengaja atau menyebabkan cedera pada organ genital perempuan untuk alasan nonmedis. Di Inggris dan sejumlah negara lain FGM dianggap ilegal.
"Umur saya masih 15 tahun saat pertama kali merasa tidak bahagia dengan yang tampak 'di bawah sana'. Lalu, ketika mulai aktif secara seksual, saya lebih sadar terhadap bentuk organ intim saya,” kata perempuan tersebut.
“Tahun berlalu, saya tersiksa atas hal tersebut. Hubungan asmara saya berantakan.”
Harriet kini berusia 24 tahun. Dia sekarang memiliki hubungan serius dengan kekasihnya. Dia bekerja sebagai desainer grafis di Irlandia Utara. Bertahun-tahun, Harriet membenci rupa organ genitalnya.
Awal tahun ini dia akhirnya mengambil tindakan untuk menjalani labiaplasty. Ini adalah prosedur memperpendek atau merapikan labia, bibir yang terletak di pembukaan vagina.
Operasi vagina desainer, seperti yang sering disebut orang, menjadi makin umum di Inggris. Angka yang dikeluarkan oleh National Health Service (NHS) menunjukkan prosedur pengurangan labial naik lima kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Sebanyak 2.000 operasi dilakukan pada 2010.
NHS atau Badan Penjamin Kesehatan di Inggris hanya mau melakukan operasi di mana ada ketidaknormalan jelas atau yang melibatkan rasa sakit dan tidak nyaman. Angka dari sektor swasta lebih sulit didapat. Namun, banyak klinik kosmetik melaporkan lonjakan minat para perempuan muda. Salah satu klinik mengatakan ada sekitar 1.200 permintaan labiaplasty empat tahun belakangan.
Pornografi pencetus labiaplasty
Meningkatnya operasi labiaplasty dikaitkan dengan banyaknya pornografi dan representasi tidak realistis tubuh perempuan. Royal College of Obstetricians and Gynaecolgist (RCOG) mengeluarkan laporan tersebut.
RCOG menyebut gambar organ genital perempuan yang telah dimodifikasi dalam gambar porno mengubah persepsi perempuan tentang vagina normal. Mereka semakin cemas atas bentuk alat kelamin sendiri.
"Ada beberapa pengaruh karena efek pascalabiaplasty sangat mirip dengan vulva bintang porno," kata Lih-Mei Liao, psikiater di Universitas College Hospital London yang turut menulis laporan tersebut.
Ketakutan terbesar Harriet adalah rumor jahat yang disebarkan oleh pasangan seksualnya melalui media sosial. Perempuan itu khawatir diintimidasi oleh perempuan lain.
"Saya berpikir itu bisa saja saya, dan jika rumor tentang saya menyebar seperti itu, lebih baik saya mati saja," kata Harriet.
Dia meminta bantuan finansial dari orangtuanya untuk operasi. Termasuk biaya penerbangan total ke London, serta akomodasi 4 ribu poundsterling atau sekitar Rp 77 juta.
Seminggu setelah operasi dia kembali bekerja. Lima bulan setelahnya, Harriet mengaku telah membuat perubahan besar pada harga dirinya.
"Saya jauh lebih percaya diri," katanya. "Ada perbedaan fisik yang besar. Saya merasa beban berat di bahu seperti diangkat."
Angelina Kavouni, dokter ahli bedah kosmetik yang melakukan prosedur pada Harriet mengatakan, "Pernyataan pembuka saya pada para perempuan muda adalah, 'saya ingin Anda tahu bahwa kalian normal, dan tidak ada yang salah dengan Anda'," kata Angelina. "Mereka harus punya sikap yang benar tentang hal itu."
Jenny, 33, seorang tenaga pemasaran profesional dari Surrey, merasa terganggu dengan labianya sejak remaja.
"Saya menemui dokter, bertanya apakah normal. Dia mengatakan labia saya lebih besar daripada perempuan pada umumnya, tapi masih didefinisikan sebagai normal," ucapnya.
Meski begitu, hal itu tetap menghantui Jenny, terutama kehidupan seksualnya. Sebetulnya dia ingin berhenti merasa paranoid. Dia cemas jika mitra seksualnya menghakimi dia.
"Saya pikir pornografi punya peran. Saya menyadari mungkin mereka melihat bentuk vagina dari pornografi, dan mempunyai pandangan vagina yang sempurna dari sana."
Itu sebabnya, dia melakukan prosedur pribadi pada awal tahun ini dengan biaya 3.800 poundsterling atau sekitar Rp 73 juta. "Saya belum berhubungan dengan siapa pun sejak itu, tapi saya merasa jauh lebih percaya diri," katanya.
Meskipun dia harus mengeluarkan uang sangat banyak, tapi Jenny tidak menyesalinya. Lih-Mei Liao berpendapat, perempuan yang melakukan operasi harus sadar akan risikonya. Termasuk kemungkinan kurangnya kepekaan di daerah tersebut.
Perempuan harus diberi informasi akurat tentang alat kelamin normal seperti apa. Penelitian tentang efek prosedur tersebut belum pula rampung. Semuanya berdasarkan klaim yang belum tervalidasi secara ilmiah.
Perempuan yang melakukan operasi tersebut berhadapan dengan banyak risiko, karena alat genital yang masih bertumbuh. Prosedur labiaplasty tidak boleh dilakukan pada perempuan yang lebih muda dari 18 tahun. Kecuali, hal tersebut benar-benar diperlukan.
"Ada risiko psikologis saat mereka merasa tidak puas. Itu perasaan alami atas ketidakpuasan bentuk tubuh. Tidak akan berhenti begitu saja."
Fakta tentang labiaplasty
- Labiaplasty adalah prosedur memperpendek atau membentuk kembali bibir dalam pada pembukaan vagina (labia minora) meskipun kadang bibir luar vagina (labia majora) berkurang.
-Prosedur ini dilakukan dengan anestesi umum, jaringan yang tidak diinginkan dipotong dengan pisau bedah atau laser, dan ujung-ujungnya dijahit.
- Prosedurnya memakan waktu 1-2 jam, dengan waktu pemulihan berkisar antara tiga hari sampai beberapa minggu. Biayanya adalah sekitar 3.200 - 3.500 poundsterling atau sekitar Rp 61 juta - Rp 67 juta.
- Risiko jangka pendek meliputi pendarahan, infeksi, dan jaringan parut. Ada risiko aktivitas seks menjadi menyakitkan setelah operasi, dan berkurangnya sensitivitas pada vagina.
- Bedah Kosmetik Genital Perempuan mencakup prosedur: peremajaan vagina, di mana jaringan vagina diperkuat, dan hymenoplasty, di mana selaput dara dipulihkan.
- Labiaplasty adalah perawatan bedah kosmetik dengan persetujuan penuh pasien. Ini bukan bentuk mutilasi pada kelamin perempuan (Female Genital Mutilation atau FGM), yang mengubah dengan dengan sengaja atau menyebabkan cedera pada organ genital perempuan untuk alasan nonmedis. Di Inggris dan sejumlah negara lain FGM dianggap ilegal.
Tidak ada komentar: