Apakah Sawan Manten Itu ?
Menurut pakar bahasa Jawa, secara etimologis sawan berarti suatu penyakit ringan yang biasanya menimpa anak kecil. Seorang anak kecil yang terkena sawan akan bersikap rewel dan menangis terus-menerus. Biasanya, untuk menghilangkan sawan para orang tua melakukan usaha batin dengan doa tertentu yang biasa disebut suwuk. Tetapi secara praktis, istilah sawan juga sering digunakan masyarakat Jawa untuk menggambarkan naas atau kesialan yang menempel pada diri seseorang. Dengan pengertian praktis seperti itu, maka seringkali para orang tua di Jawa memperkenalkan istilah-istilah seperti sawan layon (sawan orang meninggal), sawan dalan (sawan jalan), sawan kuburan, sawan lelungan (sawan bepergian), dan sebagainya.
Sebagai sebuah fenomena yang terjadi dalam masyarakat, sawan manten berlaku universal. Artinya, tidak peduli seseorang beretnis Jawa, Sunda, Sumatera atau bahkan berasal dari suku bangsa atau negara lain seperti Cina, Eropa, Amerika maupun Afrika, akan terkena dampak sawan manten ini. Pembaca tentu sudah sering membaca melalui surat kabar atau melihat tayangan televisi bagaimana para selebritis Hollywood membatalkan pernikahannya dengan pasangannya hanya beberapa hari sebelum upacara pernikahan Julia Robert dan Kiefer Sutherland adalah salah satu contohnya.
Peristiwa yang menimpa Julia Robert diatas sejatinya adalah salah satu bentuk sawan manten yang seringkali menimpa pasangan calon pengantin.
Kasus diatas juga membuktikan bahwa sawan manten bersifat universal yang menimpa semua pihak, tak peduli apapun suku bangsanya. Sawan manten dapat mengancam siapa saja yang terlena saat menjelang hari bahagia.
Dapat dikatakan, sawan manten adalah cara masyarakat Jawa untuk menyebut sebuah fenomena kesialan atau naas yang menimpa calon pengantin dan atau keluarga kedua calon pengantin menjelang dan pada saat dilaksanakannya prosesi pernikahan. Boleh jadi, di lain tempat, ada sebutan lain untuk menggambarkan fenomena tersebut. Dengan kata lain, fenomena ini berlaku disembarang tempat dimana ada perhelatan anak keturunan Adam yang berkeinginan membentuk keluarga baru.
Meskipun kejadiannya sangat bervariasi, tetapi pola yang membentuk kejadian itu sama, atau setidaknya memiliki kemiripan satu sama lain. Dibawah ini adalah bentuk-bentuk sawan manten yang seringkali terjadi di tengah masyarakat.
1. Godaan dari lawan jenis pada kedua calon pengantin
Godaan dari lawan jenis pada kedua calon pengantin merupakan jenis sawan manten yang sangat sering terjadi. Biasanya godaan dari lawan jenis mulai terjadi tepat setelah calon pengantin laki-laki secara resmi melamar calon pengantin perempuan. Sejak saat itu mulailah lawan jenis lain seakan mencoba menarik perhatian kedua calon pengantin. Bahkan seseorang yang tadinya ‘jomblo’ lias tidak laku dalam pergaulan antar lawan jenis, menjadi laris manis. Calon pengantin itu sering menjadi pusat perhatian lawan jenis. Seakan semua lawan jenis menyodorkan diri mereka padanya, mencoba menarik perhatiannya dan memikatnya. Ini disebabkan pamor (aura) kedua calon pengantin yang memancar cerah dan menarik perhatian orang lain. Tidak terkecuali jenis.
Bila tidak disadari bahwa semua itu merupakan godaan sawan manten, maka akhir cerita sangat mudah ditebak. Baik salah satu maupun kedua calon penganten akan tergoda untuk meninggalkan pasangan yang sudah melamarnya dan beralih pada lawan jenis lain. Kalau terjadi, tentu saja hal ini sangat berbahaya. Bukan hanya kedua calon pengantin yang akhirnya putus hubungan, tetapi kedua keluarga yang sedianya bakal berbesanan itupun akan patah arang dan putus silaturahimnya.
Mengingat betapa jauh akibat yang ditimbulkan dari sawan manten jenis seperti disebutkan diatas, maka sudah seharusnya anda, khususnya para calon pengantin yang sedang mempersiapkan pernikahan untuk mewaspadai godaan fenomena sawan manten dalam ujud godaan dari lawan jenis setelah melakukan proses melamar. Anda tidak perlu merasa ketakutan secara berlebihan terhadap fenomena itu, tetapi cukup anda waspada dan menanamkan pengertian dalam sanubari bahwa orang pertama yang anda terima lamarannya adalah satu-satunya pihak yang berhak menjadi pendamping hidup anda. Anda tidak bisa seenaknya membatalkan lamaran secara sepihak dan berpaling pada orang lain.
Membatalkan lamaran yang sudah diterima dan berpaling pada pihak lain bukan saja sebuah kejahatan moral yang menyengsarakan, tetapi juga kejahatan kemanusiaan yang kejam. Rasa malu yang diakibatkan pembatalan lamaran tentu tidak akan mudah dilupakan begitu saja. Bahkan boleh jadi peristiwa itu akan membekas hingga akhir hayatnya.(Bersambung)
Menurut pakar bahasa Jawa, secara etimologis sawan berarti suatu penyakit ringan yang biasanya menimpa anak kecil. Seorang anak kecil yang terkena sawan akan bersikap rewel dan menangis terus-menerus. Biasanya, untuk menghilangkan sawan para orang tua melakukan usaha batin dengan doa tertentu yang biasa disebut suwuk. Tetapi secara praktis, istilah sawan juga sering digunakan masyarakat Jawa untuk menggambarkan naas atau kesialan yang menempel pada diri seseorang. Dengan pengertian praktis seperti itu, maka seringkali para orang tua di Jawa memperkenalkan istilah-istilah seperti sawan layon (sawan orang meninggal), sawan dalan (sawan jalan), sawan kuburan, sawan lelungan (sawan bepergian), dan sebagainya.
Sebagai sebuah fenomena yang terjadi dalam masyarakat, sawan manten berlaku universal. Artinya, tidak peduli seseorang beretnis Jawa, Sunda, Sumatera atau bahkan berasal dari suku bangsa atau negara lain seperti Cina, Eropa, Amerika maupun Afrika, akan terkena dampak sawan manten ini. Pembaca tentu sudah sering membaca melalui surat kabar atau melihat tayangan televisi bagaimana para selebritis Hollywood membatalkan pernikahannya dengan pasangannya hanya beberapa hari sebelum upacara pernikahan Julia Robert dan Kiefer Sutherland adalah salah satu contohnya.
Peristiwa yang menimpa Julia Robert diatas sejatinya adalah salah satu bentuk sawan manten yang seringkali menimpa pasangan calon pengantin.
Kasus diatas juga membuktikan bahwa sawan manten bersifat universal yang menimpa semua pihak, tak peduli apapun suku bangsanya. Sawan manten dapat mengancam siapa saja yang terlena saat menjelang hari bahagia.
Dapat dikatakan, sawan manten adalah cara masyarakat Jawa untuk menyebut sebuah fenomena kesialan atau naas yang menimpa calon pengantin dan atau keluarga kedua calon pengantin menjelang dan pada saat dilaksanakannya prosesi pernikahan. Boleh jadi, di lain tempat, ada sebutan lain untuk menggambarkan fenomena tersebut. Dengan kata lain, fenomena ini berlaku disembarang tempat dimana ada perhelatan anak keturunan Adam yang berkeinginan membentuk keluarga baru.
Meskipun kejadiannya sangat bervariasi, tetapi pola yang membentuk kejadian itu sama, atau setidaknya memiliki kemiripan satu sama lain. Dibawah ini adalah bentuk-bentuk sawan manten yang seringkali terjadi di tengah masyarakat.
1. Godaan dari lawan jenis pada kedua calon pengantin
Godaan dari lawan jenis pada kedua calon pengantin merupakan jenis sawan manten yang sangat sering terjadi. Biasanya godaan dari lawan jenis mulai terjadi tepat setelah calon pengantin laki-laki secara resmi melamar calon pengantin perempuan. Sejak saat itu mulailah lawan jenis lain seakan mencoba menarik perhatian kedua calon pengantin. Bahkan seseorang yang tadinya ‘jomblo’ lias tidak laku dalam pergaulan antar lawan jenis, menjadi laris manis. Calon pengantin itu sering menjadi pusat perhatian lawan jenis. Seakan semua lawan jenis menyodorkan diri mereka padanya, mencoba menarik perhatiannya dan memikatnya. Ini disebabkan pamor (aura) kedua calon pengantin yang memancar cerah dan menarik perhatian orang lain. Tidak terkecuali jenis.
Bila tidak disadari bahwa semua itu merupakan godaan sawan manten, maka akhir cerita sangat mudah ditebak. Baik salah satu maupun kedua calon penganten akan tergoda untuk meninggalkan pasangan yang sudah melamarnya dan beralih pada lawan jenis lain. Kalau terjadi, tentu saja hal ini sangat berbahaya. Bukan hanya kedua calon pengantin yang akhirnya putus hubungan, tetapi kedua keluarga yang sedianya bakal berbesanan itupun akan patah arang dan putus silaturahimnya.
Mengingat betapa jauh akibat yang ditimbulkan dari sawan manten jenis seperti disebutkan diatas, maka sudah seharusnya anda, khususnya para calon pengantin yang sedang mempersiapkan pernikahan untuk mewaspadai godaan fenomena sawan manten dalam ujud godaan dari lawan jenis setelah melakukan proses melamar. Anda tidak perlu merasa ketakutan secara berlebihan terhadap fenomena itu, tetapi cukup anda waspada dan menanamkan pengertian dalam sanubari bahwa orang pertama yang anda terima lamarannya adalah satu-satunya pihak yang berhak menjadi pendamping hidup anda. Anda tidak bisa seenaknya membatalkan lamaran secara sepihak dan berpaling pada orang lain.
Membatalkan lamaran yang sudah diterima dan berpaling pada pihak lain bukan saja sebuah kejahatan moral yang menyengsarakan, tetapi juga kejahatan kemanusiaan yang kejam. Rasa malu yang diakibatkan pembatalan lamaran tentu tidak akan mudah dilupakan begitu saja. Bahkan boleh jadi peristiwa itu akan membekas hingga akhir hayatnya.(Bersambung)
Tidak ada komentar: