Ken2Rism | One Step Better

Sugeng Rawuh, Pemirsa !


HaLo Pemirsa !

Piye Kabare ? Hopefully Have a Nice Day on You ! Yang lg putus cinta nggak usah dipikir bingit2. Dunia tdk sesempit daun putri malu ( cilik menthik ), happy aja nggih !!! Salam dari Jogja ......

Ken2Rism

Blogger GauL

Kenalan Yuk !

Join To Connect With Me

Portfolio

    Posted by: Unknown Posted date: 00.32 / comment : 0

    Kompleks Makam Sunan Pandan Aran
    SAAT mengunjungi makam para wali yang ada di Pulau Jawa, akan disuguhi berbagai hal unik. Paling tidak terdapat dua hal unik, pertama dari dimensi sosiologis yaitu kuatnya hubungan emosional para peziarah dengan para wali yang dimakamkan.

    Terlepas dari segala macam bentuk maksud dan tujuan para peziarah mengunjungi makam para wali, terlihat jelas bahwa ketokohan wali yang diziarahi sangat berpengaruh pada pribadi peziarah. Bahkan, rela menempuh perjalanan jauh dan melelahkan untuk sekedar duduk dan berdoa di makam para wali tersebut. Kedua, peziarah yang datang ke makam para wali untuk mengagumi arsitektur kompleks pemakaman tersebut, seperti di Kompleks Pemakaman Sunan Padhang Aran di desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah.



    Setelah memasuki gapura pertama yang disebut Gapura Muncar, pengunjuhkan diarahkan menuju Gapura Dhuha, lalu menaiki sekitar 250 anak tangga dengan kemiringan sekitar 25 derajat. Cukup melelahkan menaiki dua ratus lima puluh anak tangga dengan kemiringan seperti itu sehingga pengunjung harus beberapa kali beristirahat.

    Setelah sampai di kompleks pemakaman kembali pengunjung disuguhi bangunan gapura bercorak Hindu. Dari bawah hingga atas terdapat 7 gapura dimana terdapat makam keluarga dan pengikut Sunan Padhan Aran diantaranya. Sedang makam Sunan Padhan Aran terletak bagian puncak yang oleh penduduk sekitar dikenal sebagai wilayah Gunung Cokro Kembang. Gempa besar tahun 2006 sempat merusak beberapa bagian bangunan gapura namun upaya renovasi sudah dilakukan dengan bantuan dari berbagai pihak.

    Saryono (55), juru kunci makam, menyatakan beberapa bagian bangunan sempat mengalami kerusakan paska gempa 2006. “Beberapa gapura dan tembok bangunan rusak akibat gempa 2006,” kata Saryono, yang tinggal di Kelurahan Paseban. “Bantuan beberapa instansi terkait dan Pemerintah Desa Paseban sedikti banyak dapat memulihkan kerusakan yang ditimbulkan, “ tambah Saryono saat berbincang dengan KRjogja.com.
    Saat memasuki kompleks pemakaman yang dibangun pertama kali oleh Sultan Agung pada tahun 1620 M itu perhatian peziarah akan tertuju pada gapura khas bangunan bercorak Hindu. Namun bila diperhatikan gapura tersebut tidak sepenuhnya bercorak Hindu karena tidak terdapat ornamen fauna seperti yang biasa terlihat pada bangunan candi Hindu.

    icon allbkg

    Tagged with:

    Next
    Posting Lebih Baru
    Previous
    Posting Lama

    Tidak ada komentar:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says