Kawasan Babarsari |
Hal itu terungkap dari perbincangan dengan salah seorang pekerja salon di kawasan ruko Babarsari, sebut saja Rina (29). Wanita asal Purworejo yang telah bercerai dengan suaminya ini mengaku telah menjadi pekerja salon sejak 4 tahun lalu. Ia mengaku terpaksa terjun ke dunia prostitusi karena harus menghidupi seorang anaknya yang telah berusia 6,5 tahun.
"Mula-mula itu saya hanya ditawari seorang teman. Karena butuh uang untuk mencukupi kebutuhan akhirnya saya terima pekerjaan ini. Mau bagaimana lagi, semua ini harus tetap saya jalani," katanya.
Hal yang sama diungkapkan salah seorang pekerja seks lewat chating internet, sebut saja Wati (23). Wanita asal Semarang ini mengaku lebih memilih bekerja sendiri dengan menggunakan kos-kosan di daerah Seturan karena menurutnya lebih aman dari razia petugas.
Dalam sehari ia mengaku bisa melayani 3-4 lelaki hidung belang dan mendapat uang minimal satu juta rupiah. Dipotong biaya uang sewa hotel, ia mengaku menabung uang itu untuk anaknya di rumah yang kini baru berusia 2 tahun.
"Saya bekerja seperti ini ya demi anak. Karena bapaknya minggat dan tidak bertanggungjawab sejak saya masih hamil," katanya.
ilustrasi Clara |
Namun terang-terangan ia mengaku kerap memanfaatkan kebeliaan tubuhnya itu untuk menguras pundi-pundi uang dari para teman lelaki yang mengajaknya kencan. Tentu saja tak sembarang lelaki bisa mengajaknya berkencan. Berkantong tebal dan bermobil adalah syarat minimalnya.
"Kalau ortu di rumah tahunya ya aku kerja di toko. Pacarku juga gak tahu kalau aku kadang pergi sama om-om. Kalaupun tahu ya paling putus, tapi nanti kan juga dapet lagi," ujar gadis yang mengaku tinggal satu kos dengan para mahasiswi maupun LC karaoke di Babarsari itu santai.
Tidak ada komentar: